NGOMONG GEN II

00.28 Putu Dharma Yusa 0 Comments



NGOMONG GEN II

Hari, tanggal : Sabtu, 12 Maret 2016
Pukul            : 19.00 – 22.00 WIB
Tempat         : Jenggokil Cafe, Jalan Rajawali Selatan II, No. 8, Kemayoran, Jakarta.
Donasi          : minimal Rp 25.000 (include Nasi Jinggo + Yeh Biasa)

PITCHING TOPIC: REKLAMASI ≠ TRI HITA KARANA

Tri Hita Karana. Falsafah adiluhung ini yang memang membawa Bali sampai di titik sekarang ini. Keseimbangan ini yang mengunci tata karma manusia Bali dalam berpikir, berkata, dan bertindak. Ada tiga keseimbangan dalam Tri Hita Karana: Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan. Bagaimana manusia menghubungkan diri dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dan dengan alam beserta semua makhluk di dalamnya. Dalam beberapa sastra seperti epos Ramayana, menyebutkan bahwa, keseimbangan seperti inilah yang nantinya akan mampu merekonsiliasi kekacauan yang ada di dunia modern. Maka, Tri Hita Karana bersifat konservatif, menjaga nilai-nilai luhur yang telah diwariskan. Sifatnya fleksibel, namun saklek untuk beberapa kondisi. Dan seterusnya.

Lalu, dari sisi mana reklamasi Teluk Benoa adalah pengejawantahan Tri Hita Karana? Beberapa waktu lalu, para petinggi investor TWBI melaksanakan sumpah di Pura Besakih. Bahwa reklamasi akan dilaksanakan secara benar. Mereka yang notabene non Hindu, melakukan ini di tengah-tengah persembahyangan umat yang tak tahu menahu tentang niat ini. Dan lucu, mereka mempublikasikan umat sebagai bagian dari mereka. Bagaimana mungkin, bersumpah selain keyakinan yang dianut adalah implementasi dari konsep Parahyangan? Reklamasi juga disebut-sebut akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar Teluk Benoa dan masyarakat Bali pada umumnya. Tapi, apakah reklamasi yang tidak mendapat restu dari masyarakat Tanjung Benoa dan hampir seluruh masyarakat Bali, adalah salah satu implementasi dari Pawongan? Selain gunung, laut adalah wilayah yang sangat disakralkan oleh umat Hindu di Bali. Bagaimana mungkin, reklamasi yang menimbun kawasan suci bisa disebut implementasi Palemahan?

Bagaimana menurut Anda (anak muda beda dan berbahaya)?

DOKUMENTASI



Dokumentasi Acara NGOMONG GEN II "Reklamasi vs Tri Hita Karana", 12 Maret 2016 @jenggo_kil Cafe Kemayoran.



Reklamasi vs Tri Hita Karana. Topik ini menjadi fokus perhatian kami di Ngomong Gen II. Bagaimana tidak?/Investor mengaku (bahkan bersumpah) akan melaksanakan reklamasi secara benar menurut konsep Tri Hita Karana. Apa iya?



"Alangkah lucunya para investor mengklaim umat Hindu yang bersembahyang purnama di Pura Besakih, sebagai bagian dari sumpah mereka. Pembohongan ini mereka lakukan di Pura Besakih, pura yang kami (umat Hindu Bali) sucikan. Konsep parahyangan jelas-jelas sudah dilanggar disini". - Putu Dharma Yusa



"Dari sisi mana reklamasi akan menyelamatkan lingkungan? Jika hujan, akan terjadi banjir rob di sekitar Teluk Benoa. Tol Bali Mandara - pun menyisakan sedimentasi yang merusaj ekosistem dan biota laut. Kita sebagai anak muda Bali, tidak boleh membiarkan hal ini terjadi". - Widya Paramartha



"Dalam ilmu pertambangan, reklamasi itu bagus - sesuai AMDAL, dengan menimbun kembali bekas daerah tambang plus mengembalikan seperti semula. Tapi, reklamasi Teluk Benoa tidak demikian. AMDAL sudah tidak layak masih ngotot direvisi. Konsep palemahan sudah diabaikan disini." - Budi Suartama Jaksa.



Music Performances: "Merah Putih" oleh Wayan Mardana. Lagu ciptaan sendiri ini mengajak kita untuk menegok kembali nasionalisme dalam diri. Seberapa merah putihkah dirimu?



Music performances: "Haturkan Syukur" oleh Budi Suartama Jaksa. Lagu ciptaan sendiri ini mengingatkan kita bahwa apapun kegiatan harus selalu diawali dengan doa. Sebuah implementasi Parahyangan dalam falsafah Tri Hita Karana.



Screening video DELIK "Kembalikan Baliku Padaku". Video ini mengupas kebohongan-kebohongan dalam rencana reklamasi Teluk Benoa. Di tengah-tengah kerasnya suara penolakan masyarakat Bali, investor dan penguasa terlihat menutup telinga, saling menunggu, dan terlihat saling menyalahkan.



"Setelah nonton (Delik: Kembalikan Baliku Padaku), saya melihat Bali sudah mempunyai modal yang kuat. Social power Bali Tolak Reklamasi sungguh luar biasa. Maka, kita tidak boleh mengendur, apalagi menyerah untuk memperjuangkan ini." - Gusti Prabawa.



"Dari video tadi (Delik: Kembalikan Baliku Padaku), wakil rakyat yang berbicara terlihat sangat tidak konsisten. Katanya, jika ada proyek yang pro rakyat harus didukung. Sedangkan yang tidak, harus dikaji lagi. Kenapa yang tidak pro rakyat dikaji lagi? Kenapa tidak langsung ditolak?" - Pande W. Rinanta



"Semangat penolakan reklamasi Teluk Benoa harus diikuti dengan pemahaman tentang pentingnya manfaat pesisir, terutama di Teluk Benoa. Karena merupakan muara dari beberapa sungai, maka reklamasi hanya akan menyebabkan banjir rob di Bali Selatan." - Wayan Mardana.



"Selain masalah reklamasi, kita juga harus tetap konsisten melakzanakan Tri Hita Karana yang sederhana dalam hidup sehari-hari. Dan, jangan sampai lupa apa yang kita perjuangkan sekarang. Jangan sampai kita menelan ludah sendiri, jikalau kita sudah sukses nanti". - Dalile Putra.



Premiere film dokumenter perjalanan "BALI BERGERAK!" Film ini menceritakan perjalanan 4 anak muda Bali di tanah kelahirannya, di tempat-tempat alternatif: reklamasi Pulau Serangan, Tol Bali Mandara, pesisir Tanjung Benoa, Taman Baca Kesiman, dan Bali Not For Sale - Ubud. Film ini sudah bisa disaksikan di youtube.



Music Performances: Mars "Bali Tolak Reklamasi" oleh Pande W. Rinanta dan Putu Dharma Yusa. Lagu penyemangat gerakan Bali Tolak Reklamasi ini dikumandangkan bersama, diiringi dengan lantunan improvisasi puisi. "Bangun Bali...tolak reklamasi, sayang Bali...tolak reklamasi!"



Penyerahan souvenir kalender meja 2016 dan DVD film Pura-Pura Hijau kepada para ngomongers oleh tim konseptor. Souvenir ini dipersembahkan oleh Wayan Mardana dan Panakmeng Production.



Acara NGOMONG GEN II berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp 180.000. Donasi ini akan terus diakumulasi pada event berikutnya, untuk membantu pergerakan teman-teman di Bali.



Nantikan NGOMONG GEN III, on May 2016.


DONASI

Donasi yang terkumpul pada acara Ngomong Gen II adalah sebesar:
Rp 180.000,-

Sehingga, setelah diakumulasi, total donasi menjadi sebesar:

Rp 230.000,-

0 komentar: