NGOMONG GEN III
YUK, GABUNG DI NGOMONG GEN PERIODE III
Voila!
Setelah lama tidak berjumpa, Ngomong Gen periode 3 hadir lagi di bulan Juni
ini. Tepatnya hari Sabtu, 18 Juni 2016. Kali ini, acara diskusi nan asik ini
akan membicarakan Bali dari sudut pandang anak muda rantau mengambil topik:
“Made of Sampah”. Topik ini dinilai
cukup relevan untuk membahas problema wisata dan kegiatan ritual Hindu di Bali
yang menyisakan sampah sebagai residual-nya. Tidak hanya berbicara melalui open mic, topik juga akan dibahas
melalui live music, menonton film “Lentera
Indonesia - I Made Bayak Penggagas Plasticology Made in Bali”, dan tak
ketinggalan adalah menyantap kuliner khas Bali: nasi jinggo yang gokil. Dan,
ada spesial di acara ngomong gen periode 3 ini lho, akan ada sesi praktikum mengolah
sampah plastik menjadi sebuah prakarya yang mudah-mudahan bernilai seni.
Nah,
untuk memperbaharui suasana, para ngomongers mengajak kawan-kawan yang
berkepedulian tentang ini untuk “join” bersama kami mempersiapkan acara ini.
Terutama bagi kawan-kawan yang mempunyai komunitas serupa di bidang
sosial-lingkungan, juga kawan-kawan KMH di kampus-kampus di wilayah
Jabodetabek, dan siapapun itu yang ingin bergerak bersama kami. Bagi yang
berminat, silahkan menghubungi kontak person berikut ini:
Telp/WA : 081916170772
Line/twitter : putudharmayusa
Email : putu.dharma.bali@gmail.com
Atau
bisa juga meninggalkan komentar di bawah page ini.
Terima kasih kawans! Kami tunggu kabar baiknya sesegera
mungkin, paling lambat hari Sabtu, 4 Juni 2016 ya :) Sekali lagi: suksma,
terima kasih.
NGOMONG GEN III
Hari, tanggal : Sabtu,
18 Juni 2016
Pukul :
10.30 – 16.30 WIB
Tempat :
Kantor Perwakilan Propinsi Bali, Jl. Cikini II No.3, Menteng, Jakarta.
Donasi :
minimal Rp 25.000 (include Nasi
Jinggo + Yeh Biasa)
PITCHING TOPIC: MADE OF SAMPAH
Bali,
pulau yang sedemikian eksotisnya, hingga didatangi sekitar 4 (empat) juta
wisatawan setiap tahunnya atau sama dengan jumlah penduduk Bali (empat jutaan
juga). Pertanyaannya: apakah kegiatan wisata yang sedemikian massif-nya tidak
meninggalkan masalah lingkungan, terutama sampah? Mari kita lihat. Data di UPT
Persampahan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali tahun 2014, menujukkan bahwa
rata-rata volume sampah per hari di Bali sebesar 10.005,83 meter kubik atau
sekitar 2.500 ton. Ini-pun hanya data sampah yang secara resmi terbuang di TPA,
tidak memasukkan sampah-sampah yang dibuang atau ditindaklanjuti dengan cara
lainnya. Misalnya, sampah yang dibuang sembarangan, dihanyutkan ke sungai,
ditimbun, dibakar, dan syukur-syukur dimasukkan ke Bank Sampah. Diduga,
sampah-sampah yang demikian berkisar antara 15 – 30 persen atau sekitar 375 –
750 ton sampah tidak sampai di tempat pembuangan akhir. Mirisnya lagi,
kira-kira sepertiga dari sampah yang terbuang atau sekitar 3.452 meter kubik
adalah sampah plastik. Sekali lagi, sampah plastik. Sampah yang begitu
menyusahkan bagi lingkungan, karena susah terdegradasi. Jika disetarakan, maka
akan sama dengan sampah yang diangkut oleh 1150 truk sampah, yang jika
dibariskan dapat memanjang sekitar 4,6 kilometer. Cukup untuk memacetkan jalan
sepanjang tol Bali Mandara dari gerbang tol Pelabuhan Benoa hingga exit toll di
Bandara Ngurah Rai. Secara regional, Kota Denpasar mendapatkan gelar sebagai
produsen sampah terbesar, dengan volume sebesar 2.754 meter kubik per hari.
Disusul kemudian Kabupaten Buleleng dengan volume sebesar 2.028 meter kubik per
hari.
Penduduk
Bali juga cukup produktif dalam menciptakan sampah. Diperkirakan, masing-masing
orang menghasilkan sampah sekitar 3,5 sampai 4 liter atau 1,4 kilogram per
hari. Ini pun dengan catatan: dalam kondisi normal. Karena volume sampah ini
ber-siklus, masih berkorelasi positif dengan puncak perayaan hari-hari besar
tertentu. Di Denpasar misalnya, disebutkan bahwa saat hari raya Galungan yang
jatuh pada Februari 2016 lalu, terjadi kenaikan volume sampah yang sangat
signifikan. Sebesar 50 persen, dibandingkan hari-hari biasa. Belum lagi
Galungan sebelumnya, yang jatuh berdekatan dengan hari raya Idul Fitri, volume
sampah mengalami kenaikan sebesar 60 – 70 persen. Sampah-sampah sisa upacara
keagamaan, seperti canang, bunga, dupa, korek kayu, yang dibungkus plastik
pasti terlihat menumpuk di sekitaran tempat pembuangan sampah. Lebih tragis
lagi, ada yang mem-posting beberapa sampah canang yang berserak di pelataran
Pura. Pelataran yang digunakan umat yang bersembahyang untuk duduk bersila dan
bersimpuh memanjatkan doa-doa kepada Tuhan. Mungkin kondisi demikian terus saja
berulang, tiap enam bulan, tiap tahun. Belum lagi, aktivitas wisatawan di Bali
yang ‘norak’: menikmati keindahan objek tapi tidak mengindahkan
tindak-tanduknya terhadap lingkungan. Pantai-pantai yang sangat ramai
dikunjungi wisatawan seperti Pantai Kuta, Sanur, Nusa Dua tak luput dari permasalahan
sampah. Terutama sampah plastik. Di Pantai Kuta misalnya, rata-rata timbunan
sampah per hari bisa mencapai 30 ton, sudah termasuk sampah kiriman yang
bermuara ke pantai yang katanya eksotis ini. Intinya adalah, sampah di Bali
akan terus meningkat. Seiring dengan meningkatnya kuantitas penduduk berikut
gaya hidup tak ramah lingkungan, semakin tingginya ambisi untuk mendatangkan
jumlah wisatawan yang lebih banyak lagi, dan semakin semarak-nya upacara ritual
keagamaan oleh orang Bali. Bisa dibayangkan apa jadinya Bali pada tahun 2050
nanti?
Bagaimana
menurut Anda (anak muda beda dan berbahaya)?
DOKUMENTASI
Dokumentasi Acara
NGOMONG GEN III "Made of Sampah", 18 Juni 2016 di Kantor Perwakilan
Pemerintah Propinsi Bali, Menteng Jakarta Pusat.
Meskipun hujan tak kunjung reda, beberapa pemuda-pemudi Bali di Jakarta tetap antusias untuk datang demi menyuarakan dan mengekspresikan kepedulian terhadap tanah kelahiran.
Sebagaimana
biasanya, para peserta juga dibekali sebuah booklet yang berisikan tulisan-tulisan
terkait topik yang dibahas di setiap periodenya. Juga ada rundown acaranya.
Acara ini dipandu
oleh pembawa acara yang kece abis, mbok Dayu Indriani.
“Perkenalan dari Panakmeng
dan Cerita Ngomong Gen”
Panakmeng adalah
sebuah gerakan berkepedulian tentang eksistensi Bali. Salah satu gerakan
rutinnya adalah forum diskusi santai Ngomong Gen. Dan ini adalah yang ketiga
kalinya. – Putu Dharma Yusa, perwakilan Panakmeng
Display beberapa
contoh prakarya dari sampah, foto-foto dokumentasi Ngomong Gen sebelumnya,
termasuk beberapa majalah tentang kondisi kekinian Bali.
“Culinary Time:
Nasi Jinggo Khas Bali”
Di jeda istirahat
siang, para peserta disuguhkan menu makan siang khas Bali yaitu nasi jinggo
yang dibungkus apik dengan daun pisang. Kuliner ini bisa didapatkan di
Jenggokil Café, Jl. Rajawali Selatan II No. 8 – Kemayoran, Jakarta.
“Culinary Time:
Nasi Jinggo Khas Bali”
Di jeda istirahat
siang, para peserta disuguhkan menu makan siang khas Bali yaitu nasi jinggo
yang dibungkus apik dengan daun pisang. Kuliner ini bisa didapatkan di
Jenggokil Café, Jl. Rajawali Selatan II No. 8 – Kemayoran, Jakarta.
“Bali sedang ada
masalah. Salah satunya sampah – dimana ada 2500 ton sampah yang dihasilkan per
harinya. Karena selama manusia ada, selama itu sampah akan ada. Tapi bukan
berarti kita hanya diam. Bali dan lingkungan sedang lagi butuh perhatian
(kita)”. – Gusti Prabawa
“Sampah adalah
masalah klasik. Sekitar 80 persen-nya berasal dari rumah tangga. Maka, solusi
yang ampuh adalah edukasi masyarakat. Selain itu, untuk sampah dari residu
kegiatan upacara – saya mengusulkan adanya peparuman di tingkat pinandita untuk
membahas soal ini”. – Nanda Rizka
“Banyak yang
berpikir untuk mengubah dunia, tapi sangat sedikit yang berpikir untuk mengubah
dirinya sendiri. Maka, masalah sampah harus diedukasi mulai dari diri sendiri.
Langkah simpel saya adalah memisahkan sampah di level keluarga, sampai akhirnya
ditiru tetangga sekitar saya”. – Gede Pongki
“Mungkin Bali lebih
asyik mengurusi pariwisata-nya, daripada sampah. Coba tengok saja TPA di Suwung
yang lama-lama bisa menyaingi GWK. Maka, falsafah Tri Hita Karana dapat menjadi
acuan revolusi mental manusia Bali (khususnya) dalam hal penanganan masalah
sampah”. – Putu Willy
“Bali mulai ter
‘Jakartanisasi’ – mulai mirip Jakarta. Masalah sampah adalah masalah kita
bersama, tidak hanya pemerintah. Akan menjadi percuma jika pemerintah
mengerahkan sekian banyak petugas kebersihan, namun kita (masyarakat) masih
suka membuang sampah sembarangan”. –
Gede Adistaya
“Music Performances
– by Simple Tone”
Band dengan formasi
Imam (Vocal), Nanda (Guitar), Josua (Bass), dan Ervin (Cajon) membawakan dua
buah lagu keren: “Up and Up” by Coldplay dan “Photograph” by Ed Sheeran.
“Screening Film
Dokumenter – I Made Bayak, Penggagas Plasticology di Bali”
Sebuah film
dokumenter dari Lentera Indonesia (NET TV) yang mengupas masalah sampah plastik di Bali, dan oleh
seniman I Made Bayak dijadikan sebagai karya seni. Ia menyebut project ini
PLASTICOLOGY.
Screening Film
Dokumenter – I Made Bayak, Penggagas Plasticology di Bali”
Selama 20 menit,
para peserta disuguhkan perjalanan dan perjuangan Bli I Made Bayak untuk
mengolah sampah menjadi karya seni. Harapannya para peserta bisa mendapat
banyak inspirasi tentang nilai ekonomis sampah.
“Kita tidak harus
menjadi Bli Made Bayak untuk peduli tentang sampah. Lakukan murni dari diri
sendiri. Contoh simpel adalah diet kantung plastik – dengan membawa kantong
belanja sendiri. Mulai dari langkah-langkah sederhana seperti ini yang harus
kita lakukan”. – Putu Wira
“Precious Plastic.
Memandang plastik sebagai barang berharga. Caranya bisa dimulai dengan
membedakan jenis plastik dari kode 1 sampai 7. Disarankan, selalu menggunakan
botol minum isi ulang yang berkode 5 (Polypropylene) dan berkreasi mengolah
botol berkode 1 (PET)”. – Indrayana
“Memang sesuatu
yang besar dimulai dari diri sendiri, namun yang paling penting adalah memahami
sejauh mana kemampuan kita. Seperti stand mic Ngomong Gen ini – tidak adanya
dana untuk membeli stand mic membuat saya berpikir untuk membuatnya dari
beberapa pipa bekas”. – Dalile Putra
“Esensi dari film
Plasticology tadi adalah meng-line-kan (menghubungkan) pengelolaan sampah
dengan ilmu atau kemampuan yang kita miliki. Misalnya kita suka bermain
layangan, gunakan-lah sampah plastik sebagai bahan bakunya. ”. –
Gede Pongki
“Berangkat dari
definisi sampah: sesuatu yang tidak terjadi dengan sendirinya. Sebab ulah
manusia. Menurut saya, jargon buang sampah hendaknya harus disempurnakan
kembali, menjadi Buanglah Sampah yang TEPAT pada Tempatnya”. – Natih Ayu
“Menurut saya,
Buang Sampah pada Tempatnya – bukan problem solving. Langkah-langkah untuk
mengurangi sampah harus dilakukan, seperti diet kantung plastik. Juga untuk
sampah residu upakara, seyogyanya agar bisa ditekan sesuai dengan pedoman
pelaksanaan yadnya”. – Made Yogiswara
“Music Performances
– by Dayu Indriani ft Nanda dan Josua”
Membawakan lagu
lawas yang sangat fenomenal: “Kidung Kasmaran”
by Okid Kres. Lagu yang mengisahkan sesorang yang sedang jatuh cinta
akut. Semoga manusia juga semakin jatuh cinta pada alam dan lingkungan.
“Kelas Prakarya
dari Botol Plastik Bekas – by Dalile Putra”
Menjelang
penghujung acara, Deli (Dalile Putra) berbagi salah satu cara memanfaatkan
botol plastik bekas (dari makan siang peserta). Sampah ini akan diubah menjadi
sebuah kotak pensil.
“Kelas Prakarya
dari Botol Plastik Bekas – by Dalile Putra”
Dua buah botol
disambungkan dengan resleting warna-warni yang ditempel dengan menggunakan lem
tembak. Setelah itu, kotak pensil bisa dicat atau dikreasikan dengan cara kita
sendiri.
“Screening Film
Pendek”
Sembari menunggu
antrian menggunakan lem tembak. Para peserta disuguhkan beberapa tontonan film
pendek, salah satunya berjudul “Rahasia” (2011) karya Nindi Raras.
Penyerahan hadiah
doorprize (berupa Majalah Bogbog dan Kalender Meja) kepada peserta yang
beruntung: Gede Surya (baju putih) oleh tim publikasi Ngomong Gen, Widya Paramartha
(baju biru).
Ngomong Gen 3
berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp 415.000. Donasi ini akan terus
diakumulasi pada event berikutnya, untuk nantinya didonasikan kepada LSM yang
konsisten berkepedulian tentang Bali.
Ngomong Gen 3 “Made
of Sampah” SERU! Buat yang belum join, nantikan Ngomong Gen berikutnya ya
kawans!
Nantikan NGOMONG
GEN 4!
Ikuti terus update
infonya dari blog: www.panak-meng.blogspot.co.id (menu tab: Ngomong Gen)
DONASI
Donasi yang
terkumpul pada acara Ngomong Gen 3 adalah sebesar:
Rp 415.000,-
Sehingga, setelah
diakumulasi, total donasi menjadi sebesar:
Rp 645.000,-
0 komentar: