NGOMONG GEN III

01.21 Putu Dharma Yusa 0 Comments



YUK, GABUNG DI NGOMONG GEN PERIODE III

Voila! Setelah lama tidak berjumpa, Ngomong Gen periode 3 hadir lagi di bulan Juni ini. Tepatnya hari Sabtu, 18 Juni 2016. Kali ini, acara diskusi nan asik ini akan membicarakan Bali dari sudut pandang anak muda rantau mengambil topik: “Made of Sampah”.  Topik ini dinilai cukup relevan untuk membahas problema wisata dan kegiatan ritual Hindu di Bali yang menyisakan sampah sebagai residual-nya. Tidak hanya berbicara melalui open mic, topik juga akan dibahas melalui live music, menonton film “Lentera Indonesia - I Made Bayak Penggagas Plasticology Made in Bali”, dan tak ketinggalan adalah menyantap kuliner khas Bali: nasi jinggo yang gokil. Dan, ada spesial di acara ngomong gen periode 3 ini lho, akan ada sesi praktikum mengolah sampah plastik menjadi sebuah prakarya yang mudah-mudahan bernilai seni.

Nah, untuk memperbaharui suasana, para ngomongers mengajak kawan-kawan yang berkepedulian tentang ini untuk “join” bersama kami mempersiapkan acara ini. Terutama bagi kawan-kawan yang mempunyai komunitas serupa di bidang sosial-lingkungan, juga kawan-kawan KMH di kampus-kampus di wilayah Jabodetabek, dan siapapun itu yang ingin bergerak bersama kami. Bagi yang berminat, silahkan menghubungi kontak person berikut ini:

Telp/WA          : 081916170772
Line/twitter    : putudharmayusa
Email                 : putu.dharma.bali@gmail.com
Atau bisa juga meninggalkan komentar di bawah page ini.

Terima kasih kawans! Kami tunggu kabar baiknya sesegera mungkin, paling lambat hari Sabtu, 4 Juni 2016 ya :) Sekali lagi: suksma, terima kasih.

NGOMONG GEN III

Hari, tanggal : Sabtu, 18 Juni 2016
Pukul            : 10.30 – 16.30 WIB
Tempat         : Kantor Perwakilan Propinsi Bali, Jl. Cikini II No.3, Menteng, Jakarta.
Donasi          : minimal Rp 25.000 (include Nasi Jinggo + Yeh Biasa)

PITCHING TOPIC: MADE OF SAMPAH

Bali, pulau yang sedemikian eksotisnya, hingga didatangi sekitar 4 (empat) juta wisatawan setiap tahunnya atau sama dengan jumlah penduduk Bali (empat jutaan juga). Pertanyaannya: apakah kegiatan wisata yang sedemikian massif-nya tidak meninggalkan masalah lingkungan, terutama sampah? Mari kita lihat. Data di UPT Persampahan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali tahun 2014, menujukkan bahwa rata-rata volume sampah per hari di Bali sebesar 10.005,83 meter kubik atau sekitar 2.500 ton. Ini-pun hanya data sampah yang secara resmi terbuang di TPA, tidak memasukkan sampah-sampah yang dibuang atau ditindaklanjuti dengan cara lainnya. Misalnya, sampah yang dibuang sembarangan, dihanyutkan ke sungai, ditimbun, dibakar, dan syukur-syukur dimasukkan ke Bank Sampah. Diduga, sampah-sampah yang demikian berkisar antara 15 – 30 persen atau sekitar 375 – 750 ton sampah tidak sampai di tempat pembuangan akhir. Mirisnya lagi, kira-kira sepertiga dari sampah yang terbuang atau sekitar 3.452 meter kubik adalah sampah plastik. Sekali lagi, sampah plastik. Sampah yang begitu menyusahkan bagi lingkungan, karena susah terdegradasi. Jika disetarakan, maka akan sama dengan sampah yang diangkut oleh 1150 truk sampah, yang jika dibariskan dapat memanjang sekitar 4,6 kilometer. Cukup untuk memacetkan jalan sepanjang tol Bali Mandara dari gerbang tol Pelabuhan Benoa hingga exit toll di Bandara Ngurah Rai. Secara regional, Kota Denpasar mendapatkan gelar sebagai produsen sampah terbesar, dengan volume sebesar 2.754 meter kubik per hari. Disusul kemudian Kabupaten Buleleng dengan volume sebesar 2.028 meter kubik per hari.

Penduduk Bali juga cukup produktif dalam menciptakan sampah. Diperkirakan, masing-masing orang menghasilkan sampah sekitar 3,5 sampai 4 liter atau 1,4 kilogram per hari. Ini pun dengan catatan: dalam kondisi normal. Karena volume sampah ini ber-siklus, masih berkorelasi positif dengan puncak perayaan hari-hari besar tertentu. Di Denpasar misalnya, disebutkan bahwa saat hari raya Galungan yang jatuh pada Februari 2016 lalu, terjadi kenaikan volume sampah yang sangat signifikan. Sebesar 50 persen, dibandingkan hari-hari biasa. Belum lagi Galungan sebelumnya, yang jatuh berdekatan dengan hari raya Idul Fitri, volume sampah mengalami kenaikan sebesar 60 – 70 persen. Sampah-sampah sisa upacara keagamaan, seperti canang, bunga, dupa, korek kayu, yang dibungkus plastik pasti terlihat menumpuk di sekitaran tempat pembuangan sampah. Lebih tragis lagi, ada yang mem-posting beberapa sampah canang yang berserak di pelataran Pura. Pelataran yang digunakan umat yang bersembahyang untuk duduk bersila dan bersimpuh memanjatkan doa-doa kepada Tuhan. Mungkin kondisi demikian terus saja berulang, tiap enam bulan, tiap tahun. Belum lagi, aktivitas wisatawan di Bali yang ‘norak’: menikmati keindahan objek tapi tidak mengindahkan tindak-tanduknya terhadap lingkungan. Pantai-pantai yang sangat ramai dikunjungi wisatawan seperti Pantai Kuta, Sanur, Nusa Dua tak luput dari permasalahan sampah. Terutama sampah plastik. Di Pantai Kuta misalnya, rata-rata timbunan sampah per hari bisa mencapai 30 ton, sudah termasuk sampah kiriman yang bermuara ke pantai yang katanya eksotis ini. Intinya adalah, sampah di Bali akan terus meningkat. Seiring dengan meningkatnya kuantitas penduduk berikut gaya hidup tak ramah lingkungan, semakin tingginya ambisi untuk mendatangkan jumlah wisatawan yang lebih banyak lagi, dan semakin semarak-nya upacara ritual keagamaan oleh orang Bali. Bisa dibayangkan apa jadinya Bali pada tahun 2050 nanti? 

Bagaimana menurut Anda (anak muda beda dan berbahaya)?

DOKUMENTASI



Dokumentasi Acara NGOMONG GEN III "Made of Sampah", 18 Juni 2016 di Kantor Perwakilan Pemerintah Propinsi Bali, Menteng Jakarta Pusat.



Meskipun hujan tak kunjung reda, beberapa pemuda-pemudi Bali di Jakarta tetap antusias untuk datang demi menyuarakan dan mengekspresikan kepedulian terhadap tanah kelahiran.



Sebagaimana biasanya, para peserta juga dibekali sebuah booklet yang berisikan tulisan-tulisan terkait topik yang dibahas di setiap periodenya. Juga ada rundown acaranya.



Acara ini dipandu oleh pembawa acara yang kece abis, mbok Dayu Indriani.



“Perkenalan dari Panakmeng dan Cerita Ngomong Gen”
Panakmeng adalah sebuah gerakan berkepedulian tentang eksistensi Bali. Salah satu gerakan rutinnya adalah forum diskusi santai Ngomong Gen. Dan ini adalah yang ketiga kalinya. – Putu Dharma Yusa, perwakilan Panakmeng



Display beberapa contoh prakarya dari sampah, foto-foto dokumentasi Ngomong Gen sebelumnya, termasuk beberapa majalah tentang kondisi kekinian Bali.



“Culinary Time: Nasi Jinggo Khas Bali”
Di jeda istirahat siang, para peserta disuguhkan menu makan siang khas Bali yaitu nasi jinggo yang dibungkus apik dengan daun pisang. Kuliner ini bisa didapatkan di Jenggokil Café, Jl. Rajawali Selatan II No. 8 – Kemayoran, Jakarta.



“Culinary Time: Nasi Jinggo Khas Bali”
Di jeda istirahat siang, para peserta disuguhkan menu makan siang khas Bali yaitu nasi jinggo yang dibungkus apik dengan daun pisang. Kuliner ini bisa didapatkan di Jenggokil Café, Jl. Rajawali Selatan II No. 8 – Kemayoran, Jakarta.



“Bali sedang ada masalah. Salah satunya sampah – dimana ada 2500 ton sampah yang dihasilkan per harinya. Karena selama manusia ada, selama itu sampah akan ada. Tapi bukan berarti kita hanya diam. Bali dan lingkungan sedang lagi butuh perhatian (kita)”. – Gusti Prabawa



“Sampah adalah masalah klasik. Sekitar 80 persen-nya berasal dari rumah tangga. Maka, solusi yang ampuh adalah edukasi masyarakat. Selain itu, untuk sampah dari residu kegiatan upacara – saya mengusulkan adanya peparuman di tingkat pinandita untuk membahas soal ini”. – Nanda Rizka



“Banyak yang berpikir untuk mengubah dunia, tapi sangat sedikit yang berpikir untuk mengubah dirinya sendiri. Maka, masalah sampah harus diedukasi mulai dari diri sendiri. Langkah simpel saya adalah memisahkan sampah di level keluarga, sampai akhirnya ditiru tetangga sekitar saya”. – Gede Pongki



“Mungkin Bali lebih asyik mengurusi pariwisata-nya, daripada sampah. Coba tengok saja TPA di Suwung yang lama-lama bisa menyaingi GWK. Maka, falsafah Tri Hita Karana dapat menjadi acuan revolusi mental manusia Bali (khususnya) dalam hal penanganan masalah sampah”. – Putu Willy



“Bali mulai ter ‘Jakartanisasi’ – mulai mirip Jakarta. Masalah sampah adalah masalah kita bersama, tidak hanya pemerintah. Akan menjadi percuma jika pemerintah mengerahkan sekian banyak petugas kebersihan, namun kita (masyarakat) masih suka membuang sampah sembarangan”. –  Gede Adistaya



“Music Performances – by Simple Tone”
Band dengan formasi Imam (Vocal), Nanda (Guitar), Josua (Bass), dan Ervin (Cajon) membawakan dua buah lagu keren: “Up and Up” by Coldplay dan “Photograph” by Ed Sheeran. 



“Screening Film Dokumenter – I Made Bayak, Penggagas Plasticology di Bali”
Sebuah film dokumenter dari Lentera Indonesia (NET TV) yang mengupas  masalah sampah plastik di Bali, dan oleh seniman I Made Bayak dijadikan sebagai karya seni. Ia menyebut project ini PLASTICOLOGY.



Screening Film Dokumenter – I Made Bayak, Penggagas Plasticology di Bali”
Selama 20 menit, para peserta disuguhkan perjalanan dan perjuangan Bli I Made Bayak untuk mengolah sampah menjadi karya seni. Harapannya para peserta bisa mendapat banyak inspirasi tentang nilai ekonomis sampah.



“Kita tidak harus menjadi Bli Made Bayak untuk peduli tentang sampah. Lakukan murni dari diri sendiri. Contoh simpel adalah diet kantung plastik – dengan membawa kantong belanja sendiri. Mulai dari langkah-langkah sederhana seperti ini yang harus kita lakukan”. –  Putu Wira



“Precious Plastic. Memandang plastik sebagai barang berharga. Caranya bisa dimulai dengan membedakan jenis plastik dari kode 1 sampai 7. Disarankan, selalu menggunakan botol minum isi ulang yang berkode 5 (Polypropylene) dan berkreasi mengolah botol berkode 1 (PET)”. –  Indrayana



“Memang sesuatu yang besar dimulai dari diri sendiri, namun yang paling penting adalah memahami sejauh mana kemampuan kita. Seperti stand mic Ngomong Gen ini – tidak adanya dana untuk membeli stand mic membuat saya berpikir untuk membuatnya dari beberapa pipa bekas”. –  Dalile Putra



“Esensi dari film Plasticology tadi adalah meng-line-kan (menghubungkan) pengelolaan sampah dengan ilmu atau kemampuan yang kita miliki. Misalnya kita suka bermain layangan, gunakan-lah sampah plastik sebagai bahan bakunya.  ”. –  Gede Pongki



“Berangkat dari definisi sampah: sesuatu yang tidak terjadi dengan sendirinya. Sebab ulah manusia. Menurut saya, jargon buang sampah hendaknya harus disempurnakan kembali, menjadi Buanglah Sampah yang TEPAT pada Tempatnya”. –  Natih Ayu



“Menurut saya, Buang Sampah pada Tempatnya – bukan problem solving. Langkah-langkah untuk mengurangi sampah harus dilakukan, seperti diet kantung plastik. Juga untuk sampah residu upakara, seyogyanya agar bisa ditekan sesuai dengan pedoman pelaksanaan yadnya”. –  Made Yogiswara



“Music Performances – by Dayu Indriani ft Nanda dan Josua”
Membawakan lagu lawas yang sangat fenomenal: “Kidung Kasmaran”  by Okid Kres. Lagu yang mengisahkan sesorang yang sedang jatuh cinta akut. Semoga manusia juga semakin jatuh cinta pada alam dan lingkungan.  



“Kelas Prakarya dari Botol Plastik Bekas – by Dalile Putra”
Menjelang penghujung acara, Deli (Dalile Putra) berbagi salah satu cara memanfaatkan botol plastik bekas (dari makan siang peserta). Sampah ini akan diubah menjadi sebuah kotak pensil.   



“Kelas Prakarya dari Botol Plastik Bekas – by Dalile Putra”
Dua buah botol disambungkan dengan resleting warna-warni yang ditempel dengan menggunakan lem tembak. Setelah itu, kotak pensil bisa dicat atau dikreasikan dengan cara kita sendiri.  



“Screening Film Pendek”
Sembari menunggu antrian menggunakan lem tembak. Para peserta disuguhkan beberapa tontonan film pendek, salah satunya berjudul “Rahasia” (2011) karya Nindi Raras.



Penyerahan hadiah doorprize (berupa Majalah Bogbog dan Kalender Meja) kepada peserta yang beruntung: Gede Surya (baju putih) oleh tim publikasi Ngomong Gen, Widya Paramartha (baju biru).



Ngomong Gen 3 berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp 415.000. Donasi ini akan terus diakumulasi pada event berikutnya, untuk nantinya didonasikan kepada LSM yang konsisten berkepedulian tentang Bali.



Ngomong Gen 3 “Made of Sampah” SERU! Buat yang belum join, nantikan Ngomong Gen berikutnya ya kawans!



Nantikan NGOMONG GEN 4!
Ikuti terus update infonya dari blog: www.panak-meng.blogspot.co.id (menu tab: Ngomong Gen)

DONASI

Donasi yang terkumpul pada acara Ngomong Gen 3 adalah sebesar:
Rp 415.000,-

Sehingga, setelah diakumulasi, total donasi menjadi sebesar:
Rp 645.000,-



0 komentar: